Kisah Nyata : Perjalanan Lee Jun Sang Mengenal Bitcoin.

Hai Sahabat, ini adalah cerita nyata saya dalam perjalanan mengenal Bitcoin, dan mungkin bisa jadi pelajaran buat sahabat semua..
Tahun 2015, adalah awal perkenalan saya dengan Bitcoin, saat itu harganya masih 6 Juta Rupiah, dan saat itu Bitcoin di Bali sedang rame2nya jadi bahan perbincangan dunia, mengapa? Karena banyak resto, hotel, villa dan caffe di daerah Kuta dan Ubud menerima payment dari bule dengan Bitcoin.
BI saat itu akhirnya mengeluarkan larangan bagi pelaku usaha untuk menerima Bitcoin, mengapa? Karena khawatir Rupiah bakal merosot dan anjlok karena bule yang datang ke Bali cuma bawa HP ( yang isi saldo Bitcoin), ngga nuker uang valasnya ke rupiah lagi.
Saat itu, ada seorang nasabah lama saya ( saya berkarir 12 tahun di bank BUMN), menjual Vilanya di Nusa Dua, seharga 20 Milyar kepada Orang Rusia, dan karena Fee Transfer sangat besar, mencapai ratusan juta, akhirnya, Orang Rusia bermaksud mengirim dalam bentuk BItcoin, nasabah saya, sebut saja namanya Pak Ngurah, menanyakan kepada saya mengenai Bitcoin, dan akhirnya saya menyelidiki mengenai Bitcoin melalui PT Indodax ( satu2nya Exchanger Bitcoin ) yang saat itu berkantor di Jl Nakula, Denpasar, Bali.
Melalui PT Indodax, saya akhirnya memahami apa itu Bitcoin, yang saat itu harganya sekitar Rp. 6 Juta per Keping, kemudian membantu nasabah saya buat akun, dan memutuskan menerima pembayaran vila dalam bentuk Bitcoin sebanyak sekitar 3.334 Bitcoin dengan Fee Tranfer hanya sebesar 0,0005 BTC ( Rp. 3.000 ).
Disanalah saya kenal Bitcoin pertama kali, dan melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana uang 20 M ( dalam bentuk Bitcoin) dikirim dalam waktu 10 menit, dan segera dapat dicairkan ke rekening BRI nasabah saya di Nusa Dua saat itu.
(BI) saat itu memang melarang transaksi Bitcoin, namun tidak bisa berbuat apa2 terhadap Bitcoin, termasuk terhadap PT Indodax yang melayani penukaran bitcoin ke rupiah dan sebaliknya, namun, faktor inilah yang membuat saya urung untuk berinvestasi Bitcoin, waktu itu sudah ada niat utk beli 2 bitcoin seharga 12 juta rupiah, tapi yah, rasa ragu dan takut lebih besar, dan akhirnya batal jadi kaya 😀 .
Tahun 2019, pemerintah kemudian menerbitkan UU no 5 Tahun 2019 tentang Bitcoin, dan mengakuinya sbg aset digital di Indonesia, akhirnya, saya bertekad membeli Bitcoin seharga 160 juta per keping sebanyak 5,6 BTC atau total Rp. 896 Juta dengan merogoh tabungan hasil kerja di bank dan asuransi selama belasan tahun, karena saya yakin sekali jika harganya akan naik.
Namun perjalanan tahun 2019 tidak menggembirakan bagi Bitcoin, harga turun terus, bahkan sempat dibawah 100 juta, bahkan hingga tahun 2020 di bulan september pun, harga masih belum kembali ke harga beli saya, namun saya berpikir yah, namanya juga Investasi ya diemin aja. Penantian hampir 2 tahun yang melelahkan 😂
Oktober 2019, saya kemudian dikenalkan Mining City oleh Mr Kim Young Seong, yang menambang BTC, saya pun join paket $500, mesin standar, dan mulai menikmati hasil tambang BTC, yang saat itu valuenya kecil banget, sekitar $0,3 per hari dalam bentuk BTC, dan itupun terjadi hingga oktober 2020.
Namun entah kenapa, walau hasil tambang sekecil itu, saya bertekad utk mengajak rekan2 saya mengumpulkan Bitcoin dengan mengembangan jaringan bersama Mining City, tidak peduli dengan hasil mining saat itu, namun lebih kepada Income yang bisa dihasilkan dari membangun jaringan, karena saya lihat sendiri, sponsor saya, Mr Kim Young Seong, memperoleh penghasilan Ratusan Juta Rupiah Per HARI dari bisnis ini.
Bulan Maret 2020, adalah awal perkenalan saya dengan Bitcoin Vault, Mining City sebenarnya mulai menambang BTCV di desember 2019, di harga $1, dan saya pun sebenarnya sudah diajak utk memiliki mesin tambang BTCV, namun masih belum mau, namun ada satu team saya, bp Maisir, yang akhirnya memutuskan menambang BTCV, dan beliau mendapatkan hasil perdana di bulan Februari 2020, saat itu pak Maisir meminta bantuan saya utk buka akunnya, saya buka, dan kaget, karena Mesin Standar BTCV beliau menghasilkan sekitar $2 per hari, sedangkan saya hanya $0,3 perhari.
Akhirnya saya pun menambah akun BTCV di mining City yang menambang BTCV, mining BTC saya pun tetap jalan hingga hari ini.
Harga BTCV merangkak naik lebih cepat dari BTC, dan membuat lonjakan hasil mining yang luar biasa, membuat semuanya sangat senang dan sangat optimis, lupa bahwa selalu ada masa puncak dan masa lembah dalam perjalanan crypto, layaknya Bitcoin yang pernah mengalami Puncak di 2017, dan lembah di 2018 dan 2019.
Rasa rakus mulai timbul, karena optimisme yang terjadi, termasuk saya, total 600 an BTCV yang sempat dikumpulkan hanya bisa selamat sekitar 468 BTCV, karena waktu itu memang waktunya membeli beberapa aset, bayar utang, dsbnya. Akhirnya sekitar 132 BTCV ikut tergerus turun harganya hingga hari ini.
Namun saat ini, harga BTC melonjak tinggi, penantian 2 tahun memiliki dan menahan 5,6 BTC benar2 anugerah yang luar biasa, padahal sudah ada niat mencairkan BTC menjadi bentuk lain di bulan November 2020. Namun Tuhan masih sayang 😁. Dan hari ini value 5,6 BTC sudah setara hampir 3 Milyar, dan tentunya sudah waktunya untuk taking Profit.
Apapun yang terjadi dengan harga BTC dan BTCV, bisnis penambangan akan tetap menggiurkan bersama dengan Mining City, hari ini BTCV mungkin masih rendah valuenya, dibawah yang anda kenal, namun bagi saya, tetap BTCV adalah aset terprofit saat ini, karena naik dari $1 ke $100 saja, artinya sudah naik 100 Kali lipat dalam 12 bulan.
Saatnya bersabar, dan menanti kenaikan BTCV dengan berbagai strategi yang diterapkan perusahaan.
Namun, bukan berarti hanya menanti, karena Impian masih banyak belum teraih, Mining City kemudian menambah project baru, ElCASH, yang saya prediksi akan mengulangi kesuksesan BTCV lebih dahsyat lagi. Bisa anda gunakan menambah pundi2 dolar selain mengajak rekan2 menambang BTCV yang juga tentunya akan jadi menggiurkan di masa depan.
Sahabat mungkin bisa memahami apa yang terjadi, semua hanya berkaitan dengan momentum, kesempatan, peluang dan management keuangan yang pas.
Mari Meraih Impian bersama Mining City.
Salam Hangat,
Lee Jun Sang.
Comments