top of page

Bukan Emas, Investasi ini Kian Cuan Tanpa TANDING

Gambar penulis: Crypto AcademyCrypto Academy

Penulis : Putu Agus Pansuamitra (CNBC)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah 2 tahun berlalu, harga bitcoin akhirnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa lagi di pekan ini. Tidak sekedar mencetak rekor, harga bitcoin juga meroket mengalahkan kenaikan aset-aset lain, baik itu aset berisiko (saham) dan aset aman atau safe haven seperti emas.

Melansir data Refinitiv, pada Selasa (1/12/2020) lalu, bitcoin mencetak rekor termahal sepanjang sejarah US$ 19.929,75/BTC, melewati rekor sebelumnya US$ 19.458,19/BTC yang dicapai pada Desember 2017 lalu.


Setelah mencapai rekor pada Desember 2017, harga bitcoin ambrol 80% setahun berselang. Tingginya volatilitas tersebut membuat aset ini dianggap berisiko tinggi, tetapi di sisi lain ada yang menganggap sebagai emas digital, 2 hal yang berlawanan tentunya.

Di luar kontradiksi tersebut, bitcoin sekali lagi menunjukkan kinerja cemerlang di tahun ini. Dibandingkan dari posisi akhir tahun lalu hingga saat ini atau secara year-to-date (YtD), bitcoin meroket 154,88%, sekitar 6 kali lipat dari kenaikan emas, dan 8 kali lipat dari kenaikan indeks S&P 500.

Baik emas maupun indeks S&P 500 juga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di tahun ini, tetapi sepanjang tahun ini emas "hanya" membukukan penguatan 25,91%, dan S&P 500 "cuma" menguat 17,59%.



Selain pandemi penyakit virus corona (Covid-19), salah satu pemicu kenaikan bitcoin di tahun ini adalah banyaknya investor institusional yang mulai masuk. Hal tersebut terjadi karena bitcoin dianggap semakin mature, dan volatiltasnya akan semakin menurun.

Masuknya investor institusional ke bitcoin menjadi kabar bagus, sebab mereka akan cenderung menahan posisinya dalam waktu yang cukup lama, sehingga volatilitas bitcoin akan semakin menurun.


Melihat pandangan bitcoin sebagai emas digital, menurut bank investasi JP Morgan, investor emas dan bitcoin ternyata berbeda. Investor bitcoin didominasi oleh millennial, sementara emas kaum yang lebih berumur.

"Dua kelompok menunjukkan perbedaan dalam preferensi untuk mata uang 'alternatif'. Kelompok yang lebih tua memilih emas, sementara kelompok muda memilih bitcoin," kata analis JP Morgan yang dipimpin Nikolaos Panigirtzoglou dalam sebuah catatan yang dikutip Kitco, Selasa (18/8/2020).

Preferensi emas dan bitcoin sebagai alternatif berdampak pada korelasi kedua aset tersebut menjadi lebih positif. Artinya keduanya bergerak searah, ketika emas menguat, bitcoin juga akan naik. Menurut JP Morgan, hal itu terjadi karena millennial di AS melihat bitcoin sebagai uang 'alternatif' untuk dolar AS.



"Aliran modal simultan telah menyebabkan perubahan pola korelasi antara bitcoin dengan aset lainnya, menjadi lebih positif antara bitcoin dan emas, tetapi juga antara bitcoin dengan dolar karena milennial di AS melihat bitcoin sebagai uang 'alternatif' untuk dolar AS," kata Panigirtzoglou.

Sementara itu hasil survei, deVere Group, perusahaan financial advisory independen dan fintech, terhadap 700 lebih millennial di berbagai negara, sebanyak 67% menyatakan mereka memilih bitcoin sebagai aset safe haven ketimbang emas.


Millenial akan menjadi kunci penting bagi masa depan bitcoin, sebab berdasarkan hasil survei DeVere, akan ada transfer kekayaan antar generasi yang besar. Berdasarkan estimasi, transfer kekayaan tersebut mencapai US$ 60 triliun dari generasi baby boomers ke millennial.


Artinya, dengan millennial lebih memilih bitcoin sebagai safe haven ketimbang emas, ketika transfer kekayaan terjadi tentunya investasi ke bitcoin kemungkinan akan lebih besar lagi.

Larry Fink, CEO BlakRock, perusahaan asset management terbesar di dunia, pada Oktober 2017 lalu mengatakan bitcoin adalah "indeks pencucian uang", tetapi kini pandangannya berubah.

Fink kini mengatakan bitcoin bisa berevolusi menjadi "pasar global" karena berhasil menarik "perhatian dan imajenasi" pada millennial.

Sebelum Fink, Rick Rider, Chief Investment Officer Blackrock, dalam acara Squawk Box CNBC International Jumat (20/11/2020) mengatakan bitcoin "akan diterima" sebab banyak millennial yang menggunakannya.


Saya pikir mata uang kripto akan diterima. Saya pikir itu akan tahan lama, dan anda sudah lihat bank sentral sudah membicarakan mata uang digital," kata Rider. "Saya pikir mata uang digital dan penerimaan (di kalangan millennial) teknologinya serta mata uang kripto adalah nyata. Pembayaran digital adalah nyata, jadi saya pikir bitcoin akan diterima," tambahnya.

Rider bahkan mengatakan suatu saat nanti bitcoin bisa menggantikan emas secara luas.


"Apakah saya berfikir mekanisme bitcoin dapat menggantikan emas secara luas? Ya, saya berfikir demikian, karena mekanisme ini lebih fungsional ketimbang mentransfer emas batangan," katanya.

Sebelum BlackRock, investor-investor kawakan, seperti Paul Tudor Jones, dan Stanley Druckenmillier juga mulai berinvetsasi di bitcon.


Dalam acara "Squak Box" CNBC International pada bulan Mei lalu, Jones mengatakan bitcoin merupakan "spekulasi yang sangat bagus", dan ada sekitar 2% bitcoin dalam portofolio investasinya.


"Lebih dari 1% aset saya saat ini adalah bitcon, mungkin hampir 2%, dan itu terlihat sebagai angka yang tepat untuk saat ini," kata Jones sebagaimana dilansir CNBC International.


Bagi investor pada umumnya, investasi Jones di bitcoin menjadi sesuatu yang tidak biasa. Tetapi menurut Jones, bitcoin lebih baik ketimbang uang tunai, seperti dolar Amerika Serikat (AS).

"Jika anda memegang uang tunai, ada tahu bank sentral memiliki tujuan mendepresiasi nilai tukar sebesar 2% per tahun. Jadi pada dasarnya memegang uang tunai sama dengan membuat aset anda dengan percuma," katanya.

Kemudian Stanley Druckenmillier, melihat inflasi di AS akan terus naik dalam 5 sampai 6 tahun ke depan akibat stimulus moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), dan ia menyukai emas dan bitcoin sebagai lindung nilai terhadap risiko kenaikan inflasi.



Alex Manshinsky, CEO dari Celcius Network, pada bulan Januari lalu memprediksi bitcoin akan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di kuartal IV-2020, dan prediksinya jitu. Prediksi tersebut diberikan sebelum virus corona menyerang dunia.

Manshinsky dalam prediksi terbarunya saat wawancara dengan Kitco Kamis (3/11/2020) menyatakan dalam rentang 3 bulan ke depan bitcoin masih memiliki ruang untuk menguat, tetapi setelahnya akan ambrol sekitar 40% ke US$ 16.000/BCT hingga US$ 15.000/BTC.

"Saya pikir bitcoin akan menguat lagi ke kisaran US$ 20.000/BTC sampai US$ 22.000/BTC, sebelum turun dan menguji kembali US$ 16.000/BTC sampai US$ 15.000/BTC, akibat kurangnya volume perdagangan," katanya.


Menurut Manshinsky, pergerakan tersebut akan terjadi dalam 2 sampai 3 bulan ke depan. Tetapi kabar baiknya, di semester II-2021 bitcoin diprediksi akan melesat lagi.

"Harga bitcoin memang akan mengalami koreksi, tetapi tren besarnya masih menguat. Memasuki semester II-2021, harga bitcoin akan kembali bergerak naik hingga kembali ke ke atas US$ 30.000/BTC," tambahnya.


Sementara itu, Citibank memberikan prediksi yang "sangat gila". Melalui analisis teknikal, Citibank memprediksi bitcoin akan tembus US$ 318.000 per koin, atau sekitar 1.500% dari level saat ini.

Prediksi tersebut dibocorkan ke publik melalui media sosial Twitter. Dalam catatannya kepada konsumen analis tersebut menyebut Bitcoin sebagai '21st century gold'.

"Seluruh eksistensi Bitcoin telah ditandai oleh pertunjukan yang tidak terpikirkan diikuti oleh koreksi yang menyakitkan, jenis pola yang menopang tren jangka panjang," tulis Tom Fitzpatrick, Global Head of CitiFX Technincals Citibank dalam catatannya kepada klien institusional, seperti dikutip dari Forbes, Jumat (20/11/2020).


"Berdasarkan tiga bull (tren naik) berjalan selama dekade terakhir, reli harga bitcoin saat ini berpotensi mencapai puncaknya pada Desember 2021, menunjukkan pergerakan hingga US$318.000 (per koin)."


"Waktu yang akan membuktikan jika akhirnya Bitcoin mencapai level tertinggi seperti itu tetapi kejadian sebelumnya menunjukkan potensi pergerakan besar yang lebih tinggi dalam 12-24 bulan ke depan."


Dalam catatan itu disebutkan salah satu penyebab kenaikan harga bitcoin adalah reputasinya sebagai emas digital yang semakin meningkat.


TIM RISET CNBC INDONESIA

 
 
 

Comments


E7697483-D72A-4FAE-9111-FEF7A7371385.png

    © 2023 by ITG. Proudly created with Wix.com

    bottom of page