top of page

Pencurian Crypto Tembus Rp. 61 Triliun di Tahun 2019

Gambar penulis: Crypto AcademyCrypto Academy

CRYPTO ACADEMY,

Jakarta, 1 Maret 2021.


CipherTrace, sebuah badan Intelejen Crypto Dunia dari USA, pada tahun ini membeberkan fakta yang luar biasa mencengangkan, fakta tersebut disampaikan bersama-sama dengan SEC USA ( Securities and Exchange Commission) USA, sebuah Badan yang mengawasi Pertukaran Crypto dan Sekuritas di Dunia, fakta yang dibeberkan adalah, ternyata terjadi pencurian Crypto besar2an oleh hacker di tahun 2019 yaitu total sekitar 61 Triliun Rupiah.


Memang jika dibandingkan dengan total kapitalisasi pasar crypto yang telah mencapai 14.000 Triliun, jumlah kehilangan ini baru hanya mencapai 0,43 % saja, jadi angka pencurian tersebut tidak mempengaruhi terhadap pergerakan pasar crypto dunia.


Dari total 61 Triliun tersebut, memang kasus paling menonjol adalah kasus dari BINANCE ( Exchanger besar USA) dan juga TECH BERAUR Corp ( Exchanger besar JEPANG).

Mengapa akun Exchanger masih bisa dihack ? Padahal menggunakan pengamanan OFFLINE seperti Google Autentichator? Karena hacker sekarang sudah lebih pintar, mereka bisa menghack perangkat Anda tanpa terhubung lewat internet, mereka hanya perlu mengirimkan email, SMS, wa, atau Call Phising kepada Anda, yang terpancing, akan masuk jebakan, maka mereka akan menguasai seluruh perangkat Anda, termasuk google Autentichator yang bekerja secara OFFLINE.



Jadi, banyak orang masih belum banyak menyadari bahwa keamanan dalam penyimpanan aset digital sangatlah penting, biasanya banyak orang menyadari begitu terjadi kejadian yang tidak mengenakkan ( kehilangan) crypto di bursa.


Selama ini, ketika terjadi kejadian tersebut, maka Anda tidak bisa berbuat apapun, termasuk menuntut kepada Bursa/Exchanger, karena dalam teknologi BLOCKCHAIN, Crypto yang sudah terkirim tidak mungkin bisa DITARIK kembali, jadi ketika Crypto Anda dikirimkan ke orang lain, maka silahkan anda pasrahkan saja.


Hal inilah kemudian yang menjadi dasar penemuan daripada teknologi blockchain 2.0, yang sejak 2017 telah dilakukan percobaannya oleh CEO COINBASE, John Bishop, namun gagal pada saat TESTNET dilakukan, sehingga gagal meluncur di tahun 2017.


Kemudian tahun 2018, CEO MineBest, EYAL AVRAMOVICH, melakukan penelitian ulang untuk teknologi ini, dan di akhir tahun 2020, berhasil melaksanakan TESTNET, dan MAINET diluncurkan pada tanggal 17 November 2020, dan akhirnya penerapan teknologi Blockchain 2.0 ini diterapkan pertama kali di BTCV ( Bitcoin Vault), yang telah meningkat harganya lebih dari 50 X lipat sejak peluncuran di Bulan Desember 2019 ( 1 BTCV = $ 1).

Hadirnya BTCV disebut sebagai proyek Crypto paling revolusioner tahun 2020, dan proses adopsi terus dilakukan oleh developer BTCV dengan memasukkan BTCV ke makin banyak Exchanger besar dunia ( saat ini, telah ada lebih dari 20 Exchanger Besar dunia menerima BTCV ).

MineBest kemudian menunjuk Mining City untuk melakukan proses penjualan hashpower mesin penambangan BTCV. Dan saat ini, Mining City mengajak pembaca semua untuk mulai memiliki BTCV dengan cara membeli BTCV secara rutin mulai Rp. 500 rb, dan mendapatkan Value kekayaan meningkat di masa depan, seiring dengan peningkatan Value di tahun 2024, saat proses penambangan BTCV telah berakhir.


Jika pembaca ingin mengetahui program spesial dari Mining City ini, Anda boleh mengikuti Acara Webinar BITCOIN VAULT berikut ini :


 
 
 

Comments


E7697483-D72A-4FAE-9111-FEF7A7371385.png

    © 2023 by ITG. Proudly created with Wix.com

    bottom of page